sieradmu.com Delanggu – Taman Sehat Rejosari (Tasero) yang berada di Desa Sabrang, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, dilirik Akademisi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, untuk pilot project pengembangan edukasi pertanian dan penguatan ketahanan pangan.

Hari ini (5/2/2022) Dekan Fakultas Perrtanian UGM bersama rombongan bertemu dengan para kelompok tani, koperasi tani, pegiat pertanian dan stage holder lainnya. Pertemuan juga dihadiri anggota Dewan Pengurus Nasional (DPN), Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Sebelum membahas persoalan peningkatan kualitas pertanian dan penguatan ketahanan pangan, terlebih dahulu dilakukan penanaman simbolis jenis padi rojolele varietas srinuk diatas lahan 2 hektar di taman agrowisata Tasero Delanggu.

“Kami tertarik untuk memberikan pendampingan di Tasero melihat konsep pengembangan taman ini sebagai wahana edukasi dan ketahanan pangan”,kata Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir Jaka Widada, Sabtu.

Menurutnya di Tasero ini akan dijadikan Pilot Project atau model pengembangan pertanian dengan produksi tinggi, sehat diawali dengan bertanam padi aromatik dengan produktifitas tinggi dan kedelai dengan hasil panen meningkat dari biasanya. Untuk benih padinya ytang sudah dikembangkan di daerah Klaten jenis rojolele srinuk.

“jika kedelai biasanya panennya hanya 2 ton perhektar, tanaman kedelai ini nanti panennya bisa 4 kali lipatnya sampai 8 ton per hektar, untuk benih padinya itu yang sudah dikembangkan di Klaten sendiri hanya nanti kita akan memberikan inovasi mulai dari perawatan sampai pemupukan dan sebagainya”,ucap Dekan.

Inisiator Taman Tasero, dr. Muhammad Husen Prabowo menjelaskan pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari penguatan konsep tama tasero  sebagai pusat edukasi pertanian dan agrowisata.

“kita perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti petani, pegiat tani, akademisi dan HKTI untuk mewujudkan konsep tersebut sebagai ikhtiar untuk meningkatkan ketahanan pangan secara regional maupun nasional”,jelasnya.

Sementara itu Riri, DPN HKTI sangat mengapresiasi program yang akan dilaksanakan di Tasero ini, menurutnya HKTI bukan merupakan organisasi elite, tetapi organisasi grssroad.

“HKTI bukan organisasi sifatnya ceremonial saja, tetapi lebih pada bagaimana keberadaan HKTI ini bisa memberikan solusi bagi petani, makanya program seperti ini perlu kita dukung dan HKTI siap bersinergi unbtuk peningkatan produksi pertanian”,ujarnya (Nur).