sieradmu.com Klaten – Sebanyak 291 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Klaten (UMKLA), mengikuti Darul Arqam Purna Studi (DAPS) dan Job Fair, berlangsung di aula kampus setempat. Wakil Rektor menyebut, DAPS ini merupakan kegiaan wajib yang harus diikuti para mahasiswa menjelang berakhirnya masa perkuliahan di UMKLA.

Wakil Rektor UMKLA, Sutaryono menyebut, Kegiatan tersebut memberi pembekalan pada calon wisuda dan sebagai syarat wajib sebelum menjalani wisuda. Dalam DAPS tahun ini mengangkat tema “Peneguhan Ideologi Muhammadiyah Menuju Tenaga Kesehatan Profesional.

“Kegiatan ini sebagai penggemblengan mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus ini dilakukan sebelum mereka (mahasiswa,red) memasuki pascastudi atau jelang kelulusan”,kata Sutaryono, Senin (9/10/2023).

Dijelaskan, DAPS ini menghadirkan sejumlah nara sumber penting seperti, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten, Iskak Sulistya yang menyampaikan materi tentang keislaman, Anggota Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, Muhammad Syamsudin dengan materi Kemuhammadiyahan dan sejumlah nara sumber lainnya.

“Harapannya para calon alumni ini memiliki karakter keislaman dan Kemuhammadiyahan yang kuat di era multikultur, sebagai cendekiawan muslim, kader muhammadiyah yang andal dan martabat sesuai dengan visi misi UMKLA”,jelasnya.

Sedangkan terkai dengan Job Fair, Panitia menghadirkan dari sejumlah instansi kesehatan seperti RSU Islam, RSIA Aisyiyah, RSUD Bagas Waras, Apotik K24 dan dunia industri, beberapa materi yang disampaikan dalam job fair seperti strategi melamar pekerjaan dan wawancara, strategi psiko test dan lainnya.

Anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah dalam kesempatan tersebut menyampaikan tentang pentingnya para alumni sebagai lulusan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah dapat meneruskan dakwah persyarikatan di masyarakat.

“Karena maka Melihat kemajemukan bangsa Indonesia, dalam konteks dakwah, yang perlu ditekankan adalah dalam melakukan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar harus melihat konteks dakwahnya. Secara khusus ia menyarankan untuk hal ini menggunakan dakwah kultural”,ucapnya.

Syamsudin menyebut multikulturalisme pada diri Muhammadiyah adalah sebuah modal yang harusnya bisa menjadi kekuatan. Modal tersebut sebagai kekuatan Muhamamdiyah dalam usaha mengubah relasi sosial yang lebih baik, sehingga modal tersebut harus dijaga. (Nur)