sieradmu.com Yogyakarta – Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MTT PPM) mengadakan sosialisasi hasil hisab 1 Syawal dan 1 Zulhijah 1444 H pada tanggal 15/04/2023. Sasaran sosialisasi adalah warga persyarikatan dengan mengundang MTT PDM dan PWM di seluruh Indonesia serta dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di PTMA.

Seperti diketahui, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Syawal 1444 H jatuh pada hari Jumat Pahing, 21 April 2023. Ijtimak jelang Syawal terjadi pada 20 April 2023, pukul 11:15:06 WIB. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (Φ = -07° 48’ dan λ = 110° 21’ BT) = +01° 47’ 58’’ (hilal sudah wujud). Adapun 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023. Ijtimak jelang Zulhijah 1444 H terjadi pada 18 Juni 2023 pukul 11:39:47 WIB. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta (Φ = -07° 48’ dan λ = 110° 21’ BT) = +01° 00’ 25’’ (hilal sudah wujud).

Jika dibandingkan dengan kriteria MABIMS, yang menganut awal bulan baru terjadi ketika tinggi bulan minimal 3° dan elongasi minimal 6,4°, maka akan terjadi perbedaan dalam memulai 1 Syawal dan Zulhijah 1444 H. Oleh sebab itu, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melaksanakan Sosialisasi Hasil Hisab Syawal dan Zulhijah 1444 H. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep hisab hakiki wujudul hilal sebagai metode penetapan awal bulan kamariah yang sah secara syar’i, serta menguatkan pelaksanaan ibadah Idul fitri dan Idul adha mengikuti hasil hisab Muhammadiyah.

Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, M.A. dalam paparannya dengan judul Hisab dalam tinjauan syariat dan literatur menyatakan, Argumen hisab sebagai metode penentuan awal bulan adalah gerak benda langit bersifat teratur dan eksak, sifat informatif-imperative ayat-ayat hisab, Tiga, redaksi hadis faqduru lah diartikan sebagai fahsibu lah (maka hitunglah!).

Yang berikutnya menurut arwin, Rukyat diartikan sebagai rukyat bil ‘ilmi. Lima, sifat ummy (buta huruf dan angka) sudah hilang, Rukyat adalah sarana, bukan tujuan ataupun cara mutlak dalam penentuan awal bulan, hisab bersifat qath’i/yaqin, sedangkan rukyat bersifat zhanni. Argumen terakhir adalah menganalogikan penentuan awal bulan dengan penentuan waktu salat.

“Tidak ada asalan bagi kita untuk tidak menerima hisab dalam penentuan awal-awal bulan hijriah, di antaranya Ramadan, Syawal, dan Zulhijah” ujar Arwin.

Sedangkan Dr. H. Oman Fathurohman dalam kesempatan tersebut menyampaikan hasil hisab 1 Syawal dan 1 Zulhijah 1444 H, cara dan hasil perhitungan awal Syawal dan Zulhijah tahun ini. Menurutnya, tinggi hilal pada awal Syawal di Yogyakarta adalah +01° 47’ 58’’ (sudah wujud). Ketinggian hilal lebih rendah untuk daerah sebelah Timur Yogyakarta, seperti Makassar dan Papua. Sedangkan daerah di sebelah Barat, antara lain Jakarta, Aceh, dan Arab Saudi ketinggian hilal lebih tinggi.

“Karena semakin ke Barat, maka tinggi hilal semakin Tinggi, MTT PP Muhammadiyah berharap warga Muhammadiyah memahami hisab hakiki wujudul hilal secara syar’i. Kemudian melaksanakan Idul Fitri dan Idul Adha sesuai dengan maklumat yang telah diterbitkan”,pungkasnya. (nur)