Oleh: Ummu Hany Almasitoh (Mahasiswa Doktoral Psikologi UMS dan Dosen Psikologi Unwidha Klaten)

Academic burnout dapat didefinisikan sebagai kelelahan akibat berlebihan dan Stres berkepanjangan yang dialami di dunia akademis (Schaufeli, et al., 2002). Perkembangan burnout pada siswa berhubungan langsung dengan kelebihan akademik dengan banyak tenggat waktu dan tugas, dan hal ini menyebabkan energi terkuras, berkurangnya antusiasme terhadap tugas-tugas akademik, kurangnya sikap positif, dan prestasi akademik rendah (Salgado, et al., 2021; Rahmati, et al., 2015; Fiorilli, et al., 2017; Chang, et al., 2016). Kelelahan pada siswa telah terbukti membahayakan kesehatan mental siswa (Powell, et al., 2017).

Di samping itu, manifestasi dari burnout yang dapat dilihat pada mahasiswa yaitu kelelahan secara emosional, depersonalisasi serta perubahan sikap menjadi lebih sinis, dan penurunan prestasi (Maier C, et al., 2019; Lee KJ, et al., 2022). Fun, et al. (2021) mengemukakan salah satu penyebab academic burnout adalah kurangnya dukungan keluarga. Yang (2004) juga menemukan bahwa academic burnout dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuqiao, et al. (2021) menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangat penting bagi mahasiswa, yaitu bahwa seorang mahasiswa yang menerima lebih banyak dukungan keluarga cenderung akan lebih sedikit mengalami academic burnout.

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahayu (2016) bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap individu berkaitan dengan belajar, bahwa semakin baik lingkungan keluarga maka hasil belajar siswa atau individu akan meningkat.

Dirasakan memiliki manfaat penting dalam kesehatan mental karena itu adalah prediktor signifikan dari kepuasan hidup dan kesejahteraan (Cobo-Rendón, et al., 2020; Ioannou, et al., 2019). Tidak adanya dukungan sosial dapat meningkatkan stres kronis (yaitu, prediktor kelelahan), dan adanya dukungan sosial mengurangi kelelahan akademik (Kim, 2017; Ye, et al., 2021).

Jaringan yang mendukung dapat membantu siswa dalam mengembangkan strategi koping yang efektif. Coping dapat didefinisikan sebagai kognitif dan perilaku strategi yang digunakan dalam menanggapi peristiwa stres (Folkman, S., 2013). Penanganan yang efektif dapat mengurangi dampak situasi stres pada kesehatan fisik dan mental dengan membangun strategi untuk melindungi melawan kelelahan akademik [Lee, et al., 2021; Shoua-Desmarais, et al., 2020; Freire, et al., 2002). Jika tidak, strategi penanggulangan yang tidak sehat atau buruk dapat menghasilkan tingkat stres yang lebih tinggi dan peningkatan kelelahan.

Menurut Santrock (2003), keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri.Dukungan yang paling besar di dalam lingkungan rumah adalah bersumber dari orangtua. Orangtua diharapkan dapat memberikan kesempatan pada anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.

Dukungan orangtua berhubungan dengan kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan kesehatan mental. Keterlibatan orangtua dihubungkan dengan prestasi sekolah dan emosional serta penyesuaian selama sekolah pada remaja (Corviile‐Smith, Ryan, Adam & Dalicandro, 1998).

Keluarga berfungsi sebagai faktor pelindung terhadap kelelahan akademis, dan membantu siswa untuk mengembangkan otonomi yang tepat dan strategi pemecahan masalah yang memadai. Ini dapat membentuk ketahanan siswa untuk menghadapi tuntutan universitas, masalah sulit dan tekanan akademis (Wu, et al., 2022; Hou, et al., 2017).

Dukungan keluarga mempunyai efek protektif terhadap akademik kelelahan, karena persepsi jaringan pendukung yang baik meningkatkan motivasi dan keterlibatan dalam studi, dan kepuasan hidup siswa secara keseluruhan (Karimi, et al., 2014). Dukungan sosial sebagai strategi penanggulangan yang baik yang membantu siswa mengembangkan ketahanan dan ketekunan untuk mencapai tujuan mereka, memungkinkan siswa untuk tidak terlalu rentan terhadap stres dan akibatnya melindungi mereka dari kelelahan akademis.

Dukungan keluarga merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting di masa remaja. Dibandingkan dengan system dukungan sosial lainnya, dukungan orangtua berhubungan dengan kesuksesan akademis, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan kesehatan mental. (Nur/*)