Sieradmu.com Cilacap – Empu Tantular adalah penyair terkemuka dalam sastra Jawa klasik abad ke-14. Ia mengarang ‘KitabSutasoma’ yang menjadi salah satu ekspresi kebudayaan Indonesia. Satu bait di antara ratusan pupuh di dalam kitab itu merupakan sumber kalimat ‘Bineka Tunggal Ika’. Kalimat yang akhirnya menjadi semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal tersebut disampaikan Anggota MPRRI , Sunarna. SE.M.Hum, menjawab pertanyaan peserta dalam pelaksanaan sosialisasi empat pilar kebangsaan yang berlangsung di NS Hotel, Jalan Ahmad Yani, Nomor 115, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Senin (5/8/2024).
Dihadapan ratusan peserta sosialisasi, Sunarna menjelaskan, Pesan persatuan “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa” inilah yang kemudian merasuki Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya.
Ini menjadi sebuah renungan bagaimana sentuhan unik dan interpretasi para pendiri bangsa yang tidak mengadopsi pemikiran filsuf dari Eropa, atau negara barat yang kerap mendapat perhatian luas dari dunia akademis.
“Penggunaan pemikiran filsuf seperti Empu Tantular adalah bentuk apresiasi terhadap kekayaan intelektual dan warisan budaya lokal. Karya-karyanya mencerminkan konteks budaya dan kearifan lokal yang juga memiliki nilai serta relevansi yang besar bagi masyarakat”,jelasnya.
Dia menyebut di era globalisasi budaya, konsep visioner “Bhineka Tunggal Ika” terus menjadi panduan untuk persatuan dalam keberagaman Indonesia. Mencerminkan kekayaan budaya, agama, hingga identitas bangsa. (Nur)