Sieradmu.com Yogyakarta – Gangguan hidrometeorologi seperti curah hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, genangan, pohon tumbang, dan lainnya menjadi tantangan tersendiri bagi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Daop 6 Yogyakarta guna menjaga keselamatan perjalanan KA.

Oleh karenanya Daop 6 Yogyakarta melakukan langkah antisipatif guna menjaga keselamatan dan kelancaran perjalanan KA dari gangguan tersebut.

Manajer Humas Daop 6 Yogyakarta Krisbiyantoro mengatakan bahwa intensitas hujan yang cukup tinggi seperti yang terjadi akhir-akhir ini meningkatkan kesiapsiagaan Daop 6 untuk menyiapkan prasarana secara optimal dalam rangka menghadapi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi.

Langkah proaktif keselamatan terus dijalankan oleh jajaran Daop 6 bahkan tidak hanya pekerja, namun Manajemen juga turun langsung untuk memastikan perjalanan KA tetap lancar.

“Hingga saat ini kami secara berkala melaksanakan pengecekan sarana dan prasarana perjalanan KA melalui berbagai metode, seperti cek lintas antar stasiun dengan jalan kaki dan menggunakan kereta pemeriksaan khusus, selain pemeriksaan rutin harian oleh unit terkait,” kata Krisbiyantoro.

Ia melanjutkan bahwa pengecekan secara rutin dilakukan pada drainase-drainase di sepanjang jalur KA. Ini telah menjadi perawatan rutin Daop 6 dan ketika terdapat intensitas hujan yang tinggi hal tersebut dilakukan lebih intensif.

Kemudian Daop 6 juga melakukan perkuatan talud atau dinding penahan tanah untuk mencegah terjadinya longsor dan tanah amblas akibat arus air yang deras. Daop 6 juga mengantisipasi adanya pohon tumbang dengan metode penopingan pohon-pohon besar yang berpotensi roboh ke arah jalur KA bekerjasama dengan warga setempat.

“Kami telah memetakan daerah-daerah pantauan khusus seperti banjir, longsor, dan pohon tumbang. Hal tersebut guna memudahkan dalam menentukan langkah mitigasi risiko karena titik-titik tersebut terpantau dengan baik,” katanya.

Terdapat tiga daerah pantauan khusus di wilayah Daop 6 Yogyakarta yaitu KM 75+1/9 antara Stasiun Goprak-Sumberlawang yang merupakan daerah pantauan khusus amblesan/ tanah labil. Kemudian KM 93+5/8 antara Stasiun Salem-Kalioso yang merupakan daerah pantauan khusus banjir. Terakhir adalah KM 77+9/78+5 antara Stasiun Goprak-Sumberlawang yang merupakan daerah pantauan khusus longsor.

Krisbiyantoro menjelaskan mitigasi risiko lainnya yang dilakukan Daop 6 adalah menambah penangkal petir di tiang LAA, tower telekomunikasi, dan persinyalan.

Guna memperkuat langkah antisipasi, Daop 6 juga berkolaborasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengetahui prakiraan-prakiraan cuaca.  (Rachma)