Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skkils yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara seimbang dan berjalan secara integratif. Apabila guru hanya mengukur dari kemampuan kognitif saja itu sudah tidak sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 yang tidak hanya menitik beratkan kepada kemampuan kognitif saja, melainkan juga pada kemampuan afektif dan psikomotor. Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan agar mampu membekali peserta didik dengan kepribadian yang baik, mampu berpikir dengan baik, dan memiliki keterampilan hidup terutama keterampilan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan seharihari. Berdasarkan tujuan ini, penanaman karakter dalam aktivitas pendidikan dijadikan landasan untuk mencapai pengetahuan dan keterampilan sehingga dalam aktivitas pembelajaran di kelas dan aktivitas ekstrakurikuler di sekolah ditekankan untuk melaksanakan penanaman nilai-nilai luhur. Empat standar pendidikan yang mengalami perbaikan dari KTSP untuk menyempurnakan Kurikulum 2013 mencakup standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian.

Pembelajaran K13 mengarah pada pembelajaran berbasis pendidikan karakter, dimana karakter sangat penting ditanamkan sejak dini dari jejang SD. Pembelajaran di SD menurut kurikulum 2013Ā  menggunakan konsep pembelajaran tematikĀ  terpadu. Model pembelajaran ini diyakini sebagai salah satuĀ  pendekatan yang efektif karena mempu mewadahi dan menyentuh secara terpadu kemampuan- kemampuan baik fisik, emosi, maupun akademik. Karakter yang dimiliki siswa di SD tergolong rendah karena pada saat pembelajaran siswa masih sering bergurau dan tidak disiplin. Selain itu pada saat ada pertanyaan, siswa kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan, saat diberikan pekerjaan rumah siswa tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya, saat diberikan tugas untuk berkelompok siswa kurang peduli dengan teman yang lain, dan saat diberi tugas untuk mengerjakan soal siswa masih ada yang menyontek temannya hal ini menunjukan bahwa siswa masih kurang jujur pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran di SD berbasis keterampilan generik sains oleh siswa masih tergolong rendah karena siswa masih kesulitan pada saat memecahkan suatu permasalahan. Selain itu siswa belum bisa memcari hubungan antara sebab dan akibat pada suatu peristiwa, siswa tidak dapat menyusun pernyataan sesuai kerangka logika, siswa belum bisa menemukan suatu konsep secara mandiri, dan siswa masih kesulitan dalam mendapatkan data melalui proses pengamatan baik pengamatan langsung maupun tidak langsung. Pelajaran IPA di tingkat SD dianggap sebagai pembelajaran yang mengenai konsep pendidikan yang bersentuhan dengan aspek alam beserta kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung yang menitik beratkan pada suatu proses, hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu meningkatkan proses berfikir siswa melalui tindakan yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu proses pembelajaran IPA di SD tidak hanya untuk dapat memahami kumpulan fakta-fakta, tetapi juga mengajarkan cara berfikir dan bekerja ilmiah agar siswa dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dalam pelajaran IPA di SD guru dituntut untuk menguasai bahan pembelajaran dan hendaknya dapat merancang media-media serta menerapkan model-model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran IPA di kelas lebih bermakna dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.

Ditulis oleh:
Betty Dwi Wardaningsih
PGSD – Universitas Muhammadiyah Purworejo