Penulis: Ratih Tari Munandar – Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Rukun Sebagai Esensi Kehidupan

Dalam masyarakat Jawa adalah lebih dari sekadar prinsip; ia merupakan nilai luhur yang menyatu dalam setiap aspek kehidupan. mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara damai, saling menghormati, dan menjunjung tinggi kebersamaan. Nilai ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana menciptakan harmoni dalam hubungan antarmanusia, mulai dari lingkup individu hingga komunitas. Bahkan, di tengah kompleksitas dunia modern, rukun tetap relevan sebagai solusi dalam menjaga keharmonisan masyarakat.

Rukun Fondasi Kehidupan Bermasyarakat

Rukun berarti hidup bersama dalam kedamaian. Nilai ini menuntut kemampuan untuk mengutamakan kepentingan bersama, toleransi, dan saling mendukung. Dalam budaya Jawa, rukun terwujud dalam gotong royong, musyawarah, dan sikap saling menghormati. Tradisi seperti rewangan, di mana masyarakat bergotong royong membantu satu sama lain dan berbagi makanan, mencerminkan semangat kebersamaan ini. Salah satu praktiknya adalah tonjokan atau punjungan, tradisi berbagi makanan yang menegaskan pentingnya solidaritas dan harmoni.

Sejak dini, masyarakat Jawa diajarkan filosofi “Rukun Agawe Santosa” melalui perumpamaan sederhana seperti sapu lidi: “Jika disatukan, sapu lidi kuat dan bermanfaat; tetapi jika dipisahkan, ia kehilangan kekuatannya.” Ini mengajarkan bahwa kerukunan adalah kekuatan utama dalam kehidupan bermasyarakat”.

Dalam Ajaran Islam

Islam sangat menekankan pentingnya hidup , sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 103: “Dan berpeganglah kamu semua kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. Ayat tersebut menegaskan larangan bermusuhan dan pentingnya hidup . Selain itu tradisi gotong royong dan musyawarah yang merupakan inti dari nilai di Jawa mencerminkan bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling membantu dalam kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2)

Rukun dalam Kehidupan Modern

Era modern saat ini, ketika individualisme dan persaingan semakin mendominasi, nilai rukun menjadi penyejuk di tengah konflik. Dalam masyarakat multikultural, seperti perkotaan, rukun berperan membangun toleransi dan harmoni sosial. Dalam keluarga Jawa, rukun menjaga hubungan antar anggota keluarga, termasuk antara generasi, sehingga mencegah perpecahan.

Menghidupkan kembali nilai rukun tidak hanya berarti melestarikan warisan budaya, tetapi juga membangun masa depan yang lebih damai. Nilai ini menjadi landasan menciptakan masyarakat yang harmonis meskipun dihadapkan pada dinamika zaman.

Rukun: Warisan untuk Masa Depan

Menanamkan nilai rukun dalam kehidupan sehari-hari memerlukan komitmen kuat, terutama melalui pendidikan dan kegiatan sosial. Misalnya, program-program berbasis komunitas, festival budaya, dan seminar dapat menjadi cara efektif untuk memperkenalkan kembali pentingnya rukundalam menghadapi tantangan global. Dukungan pemerintah dan berbagai pihak juga diperlukan untuk menjadikan rukunsebagai identitas budaya yang kokoh.

Merawat Rukun untuk Kehidupan yang Harmoni

Rukun adalah panduan hidup yang abadi. Dalam menghadapi dinamika dunia modern, nilai ini tetap menjadi fondasi bagi individu maupun komunitas untuk menciptakan masyarakat yang damai, toleran, dan penuh kebersamaan. Dengan terus menjaga dan mewariskan nilai ini melalui pendidikan, praktik sehari-hari, serta kolaborasi lintas generasi, kita dapat memastikan bahwa harmoni yang lahir dari rukun akan terus bertahan sebagai warisan tak ternilai bagi masa depan.​ (Ratih Tari Munandar)